- Nilai rapot yang ada saat ini merupakan hasil pemberian guru dari proses belajar.
- Sekolah memiliki hak penuh menentukan dan memilih siswa siapa saja yang ikuti seleksi SNBP.
- Proses pendaftaran SNBP melalui sekolah.
- Semua kegiatan penilaian SNBP bersumber dari guru maupun sekolah.
- Guru disekolah tidak mendaftarkan siswa ke SNBP karena alasan ribet dan tidak ada tambahan uang lembur dan lainnya.
- Nilai siswa/i yang tidak memenuhi syarat SNBP menjadi alasan siswa gagal padahal guru yang berperan memberikan nilai rapot selama sekolah.
- Tidak ada nilai dari hasil pusat karena semua kelulusan dikembalikan ke sekolah masing-masing.
- Guru lebih banyak mengajar dari pada mendidik apabila siswa/i tidak bisa memenuhi tugas dengan baik maka akan dipastikan mendapatkan nilai kecil.
- Guru dalam proses pembelajaran menjadi seorang pendendam terhadap siswa/i yang tidak bisa diarahkan meski hanya sekali dari pada mendidik dan mengarahkan agar perilaku mereka menjadi lebih baik.
- Tujuan pendidikan merubah perilaku siswa/i menjadi lebih baik bukan menghakimi mereka tanpa mengajarkan apapun.
- Banyak guru yang mengajar masih menggunakan metode klasik yang baku tidak terbantahkan seperti contoh anak yang tidak mau menjawab saat ujian semester karena tidak menyukai dipastkan mendapatkan nilai kecil, alih-alih mengganti jenis soal menjadi ujian wawancara yang mereka lebih suka guru lebih memilih memberi nilai KKM yang seadanya.
Proses pembelajaran inilah yang tidak disadari guru mereka tanpa sadar menghancurkan masa depan siswa/i sendiri dengan berbagai mekanisme yang seharusnya tidak terjadi lagi diera pendidikan saat ini namun masih tetap terjadi, sementara tuntutan dari SNBP mengharuskan siswa memiliki nilai yang meningkat setiap semester.
Hal itu tidak dilakukan oleh guru disekolah saat memberikan nilai, jika boleh jujur semua penilaian yang dilakukan hampir rata-rata nilai hasil olahan bukan hasil sebenarnya, seharusnya kepalang nilai diolah lakukan pengolahan yang sesuai agar tidak menghancurkan masa depan siswa. Setelah siswa/i tidak lulus SNBP guru dan sekolah akan mengatakan itu merupakan hasil yang didapat oleh siswa./i selama sekolah.
Guru dan sekolah mengatakan gagal SNBP karena hasil mereka sendiri, bukan karena sekolah dan guru, betapa zolimnya kita sebagai guru, bayangkan berapa ratus orang yang sudah terjadi seperti itu, jika kita tidak mau menjadi guru karena alasan gaji kecil sebaiknya cari pekerjaan lain, jika sebelum mengajar kita lelah istirahatkan dulu baru kemudian mengajar.
Jika kita merasa kesal dengan perilaku siswa yang kurang terpuji, tegurlah dia dengan lembut didik dia dengan baik bukan menjadi guru pendendam yang membalas semua dengan memberikan nilai kecil. Mereka peserta didik kita tidak mengerti seberapa penting nilai yang ada di rapot dan ijasah untuk masa depan mereka.
Bukankah kita sebagai guru pernah merasakan diusia mereka yang tidak pernah peduli dengan hasil nilai rapot dan ijasah semasa sekolah, sebagai seorang guru yang mengetahui betul bagaimana pentingnya nilai mereka yuk mulai sekarang jangan asal-asalan memberikan nilai kepada siswa, jika mereka belum mampu mencapai pembelajaran yang ditetapkan yang dirubah adalah cara kita mengajar.
Setelah siswa/i gagal SNBP betapa kecewanya mereka dengan dirinya sendiri, mereka menyalahkan dirinya sendiri dan hanya sedikit yang mampu bangkit dari kegagalan tersebut sisanya mereka merasa rendah diri dan terus menerus menyalahkan diri sendiri. Siswa/i beranggapan bahwa nilai yang didapat sudah baik ukuran mereka jika dibandingkan dengan teman satu kelas namun tidak dapat membawa mereka lulus SNBP.
Selain itu sekolah tidak terlalu peduli dengan proses SNBP karena jika kami di swasta yang akan mengangkat nama baik sekolah dan dilihat oleh publik bukan seleksi SNBP tetapi nilai hasil rata-rata yang didapat pada SNBT karena dari sana da pemeringkatan untuk region kota kabupaten, provinsi bahkan Nasional.
banyak sekolah yang hanya memikirkan kepentingan sekolah saja dibandingkan dengan masa depan siswa mereka seolah mejadi tutup mata dan telinga ketika satu proses yang akan diikuti tidak masuk dalam akreditasi sekolah atau tidak memiliki kontribusi dalam meningkatkan citra sekolah secara singnifikan.
Semoga pengalaman admin tidak terjadi disekolah lain dan menjadi renungan kita sebagai guru bahwa coretan disetiap nilai rapot akan sangat bermankan bagi setiap siswa/i bahkan menentukan masa depan mereka kedepan. Sementara bagi siswa jangan berkecil hati jika tidak lulus SNBP karena 100% gagalnya siswa/i SNBP merupakan kesalahan guru dan sekolah bukan kesalahan siswa/i.
Demikian informasi yang bisa admin berikan jika tahun ini sudah terjadi maka semoga tahun depan kita tidak mengulangi kesalahan yang sama dalam proses SNBP.